Sabtu, 28 Februari 2015




The Choice and Use of Strategic Planning Tools and Techniques in Turkish SMEs According to Attitudes of Executives

      I.            Pendahuluan
Penelitian yang akan dibahas ini terkait dengan pemilihan dan penggunaan dari tool starategic plan dan teknik penerapannya. Strategi didefinisikan sebagai sebuah pola dalam urutan dalam pengambilan keputusan. Kesuksesan sebuah organisasi dalam menentukan strategi jangka pendek dan juga panjang tergantung pada seberapa berhasil perusahaan tersebut menentukan dan menghasilkan sebuah serangkaian aktivitas yang strategis agar dapat bersaing dengan kompetitor. Saat ini banyak pemimpin bisnis menyadari pentingnya perencanaan yang strategis bagi perusahaannya untuk dapat maju dan memiliki nilai yang strategis, namun banyak juga dari mereka yang salah mengartikan perencanaan strategis bagi perusahaan sehingga pencapaian dalam bisnis tidak maksimal.
Strategic Plan adalah salah satu tool yang digunakan banyak perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Strategic Plan digunakan sebagai alat ukur perusahaan untuk menentukan langkah-langkah kedepan, mengukur keberhasilan dari langkah yang telah diambil sejauh ini. Dalam penelitian yang berjudul “The choice and use of strategic planning tools and techniques in Turkish SMEs according to attitudes of executives” akan membahas dari 3 area yaitu penggunaan Strategic Planning tools, mengukur tingkat kepuasan dengan Strategic Planning tools untuk area Turkish SME dan sikap dari para eksekutif terhadap penerapan tools ini.
   II.            Metodologi
·         Sample and Data Collection
·         Analyses and Results
III.            Pembahasan
Dalam survei yang dilakukan ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap para eksekutif terhadap proses perencanaan strategis dan menganalisa Startegic Planning tools terbaik dan teknik yang digunakan oleh SME’s Turkish yang beroperasi di sektor yang berbeda di Antalya Organized Industrial Zone (Aoiz). Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah alat perencanaan strategis dan teknik yang digunakan oleh SME sesuai dengan ukuran perusahaan dan sektor, atau tidak.
Penelitian ini menggunakan beberapa metodologi pengumpulan data dari beberapa sampel. Survei yang dilakukan menggunakan kuisioner, dimana hasil dari kuisioner nantinya akan digunakan untuk melakukan analisis. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SME Turkish yang bergerak diberbagai sektor di Antalya. Jumlah SME yang terdaftar dalam Antalya Organized Industrial Zone (Aoiz) sebanyak 252 populasi pada tahun 2012. Tingkat sampling yang dipilih secara acak adalah 76,2% (192 perusahaan). Analisis telah dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari SME di Aoiz dengan menggunakan kuesioner. Responden dipilih dari manajer menengah dan senior di SME. Kuesioner menjadi sasaran responden yang didapatkan melalui wawancara tatap muka. Data yang diperoleh sebanyak 192 kuesioner yang kemudian dianalisis melalui program statistik SPSS.
Pengujian pada Statistik Deskriptif yang diterapkan pada data pada hasil survey digunakan untuk mendapatkan informasi deskriptif tentang SME. Nilai-nilai yang diperoleh dari tes dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.


Table 1. Statistik deskriptif SME

Pada Tabel 2 dibawah ini menunjukkan data terkait dengan SME yang beroperasi di ukuran perusahaan dan sector yang berbeda di Antalya OIZ. Pada table dibawah ini menunjukkan sektor-sektor sesuai dengan frekuensi dan presentase dan ukuran perusahaan.



Tabel 2. Sektor dan Ukuran SME

Kuisioner terdiri dari 50 item yang memiliki tiga set pertanyaan. Pada pertanyaan pertama akan mengukur penggunaan teknik dan tools dari Strategic Planning. Untuk total 24 responden yang diikut sertakan, teknik pengukuran berdasarkan pada skala dua poin peringkat yaitu 1: very great use, 2: Not use at all, untuk menunjukkan sejauh mana teknik yang digunakan dalam perusahaan mereka (SME) dalam lima tahun terakhir. Teknik-teknik yang disurvei adalah yang paling sering diidentifikasi dalam literatur tentang Strategic Planning (Stonehouse dan Pemberton: 2002; Glaister dan Falshaw: 1999; Ramanujam et al .: 1986; Al Ghamdi: 2005; Aldehayyat dan jangkar: 2008; Rigby dan Bilodeau: 2011).
Pada set pertanyaan kedua, penelitian ini mengukur pandangan manajer tentang Strategic Planning. Skala ini diadaptasi dari Glaister dan Falshaw (1999), Dincer et al. (2006) dan Glaister et al. (2009). Untuk total 7 responden yang diikut sertakan, pada peringkat skala lima poin dari 1: sangat tidak setuju sampai dengan 5: Sangat setuju untuk menunjukkan pandangan mereka terhadap teknik pada Strategic Planning.
Pada set pertanyaa ketiga, penelitian ini mengukur pandangan manajer tentang tren manajemen saat ini. Skala ini diadaptasi dari Rigby dan Bilodeau (2011). Untuk total 19 responden yang diikut sertakan, pada peringkat skala lima poin dari 1: Sangat tidak setuju sampai 5: Sangat setuju untuk menunjukkan pandangan mereka terhadap tren manajemen. Hasil analisis yang telah dilakukan pada survey ini menunjukkan data terkait dengan tools dan teknik yang paling banyak digunakan oleh manajemen di perusahaan saat ini serta data terkait dengan pandangan dari manajer berdasarkan rencana strategis dan tren manajemen saat ini pada SME di Aoiz. Hasil pada tabel 3 menunjukkan bahwa SME menggunakan teknik Strategic Planning, Human Resources Analysis, Total Quality Management, Customer Relationship Management, Outsourcing, Financial Analysis, Vision/Mission, PEST and Benchmarking analysis dalam lima tahun terakhir.


 Tabel 3. Most Used Tools and Techniques for SMEs in Antalya OIZ in last 5 years (2008-2012)

Analisa dari hasil penelitian ini yang dikelompokkan berdasarkan dari ukuran perusahaan, kemudian tools yang paling sering digunakan dan teknik yang digunakan di SME digambarkan pada tabel 4.


Tabel 4. According to Firm Size, Most Used Tools and Techniques in last five years by SMEs in Antalya OIZ

Dari penelitian yang dilakukan pada tools dan teknik yang paling banyak digunakan adalah Strategic Planning tools. Sedangkan dalam penelitian ini dalam mengukur area kepuasan terhadap teknik yang digunakan dalam perusahaan mereka dapat dilihat dari table 5 dibawah ini.


Tabel 5. Satisfaction Rate for Tools and Techniques Most Common Used by SMEs in Aoiz

Tools yang paling umum digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan dan teknik yang digunakan oleh SME di Aoiz adalah Human Resources Analysis, Strategic Planning, Total Quality Management, Customer Relationship Management, Financial Analysis, Vision/Mission, PEST, Strategic Planning Software, Outsourcing, Strategic Cooperation.
Terkait dengan pandangan tentang perencanaan strategis dan tren manajemen yang dapat dilihat pada table 6, ada beberapa responden yang diikut sertakan pada survey dalam penelitian ini yang diukur pada peringkat skala lima poin dari 1:Certainly Disagree sampai 5:Certainly Agree untuk menunjukkan sejauh mana pandangan akan disepakati oleh para manajer atau pemilik perusahaan.
  

Tabel 6. The Management Views on Strategic Planning

Dari hasil survey diatas dapat dilihat bahwa para eksekutif menyatakan bahwa sejauh ini implementasi dari strategi yang ada telah berjalan efektif, dimana para eksekutif menyatakan lebih dari 90% setuju dengan hal itu, dan juga lebih dari 70% para eksekutif menyatakan strategic planning tools  dapat memberikan tingkat efektifitas dalam mencapai improvement financial performance.



Tabel 7. The Views on Management Trends

Dari hasil survey diatas dapat dilihat bahwa para eksekutif merasa salah satu factor kesuksesan bisnis adalah dari budaya, dimana para eksekutif setuju dengan lebih dari 90%. Hasil dari analisa ini menunjukkan pentingnya factor budaya yang dimiliki perusahaan karena dengan budaya yang sehat dan bersih dapat meningkatkan performa dari pekerjanya.

IV.            Dampak Pada bisnis
Penelitian ini memiliki informasi yang cukup bermanfaat bagi perusahaan yang akan melakukan analisa terhadap bisnis. Dampak perusahaan pada bisnisnya yang menggunakan informasi dalam penelitian ini adalah, perusahaan tersebut dapat langsung menerapkan tools yang sesuai dengan ukuran bisnis mereka dan teknik yang tepat yang harus diimplementasikan pada perusahaan mereka untuk menunjang bisnis mereka tanpa harus melakukan kajian dan penelitian.
   V.            Saran
·         Bagi yang ingin mengambil informasi dalam penelitian ini diharapkan dapat melihat area dan ukuran perusahaannya, karena ketika salah mengambil tools dan teknik bagi perusahaan akan berdampak pada bisnis.
·         Penelitian ini seharusnya dapat memberikan lebih detail informasi dari sisi dampak pada bisnis dari masing-masing tools dan teknik yang ada, sehingga lebih dapat jelas dan dapat diukur lagi bagi yang ingin mengambil informasi dalam penelitian ini.
VI.            Kesimpulan
Penggunaan tools dan teknik pada penelitian ini berbeda-beda, factor-faktor yang mempengaruhinya adalah dari sisi financial, budaya dan ukuran perusahaan. Karena ketika ingin menerapkan tools ada beberapa perusahaan yang tidak memiliki cukup budget untuk implementasinya. Sedangkan dari sisi budaya, setiap perusahaan memiliki budaya yang berbeda yang membedakan dalam penerapan Strategic Planning bagi perusahaannya karena tidak bisa disamakan setiap budaya disetiap wilayah. Untuk faktor yang terkait dengan ukuran perusahaan, dapat menghasilkan hasil analisa yang berbeda dikarenakan jika perusahaan tersebut masih dalam skala kecil, tidak butuh tools dan teknik yang sangat bagus, karena akan berkaitan dengan faktor budget.

References:
Kalkan, A., & Bozkurt, O. C. (2013). The Choice and Use of Strategic Planning Tools and Techniques in Turkish SMEs according to attitudes of Exceutive. Science Direct, 1016-1025.
Afonina, A., & V, C. (2012). The current strategic management tools and techniques: The evidence from Czech Republic. 1535-1544.
Ghamdi, S. A. (2005). The use of strategic planning tools and techniques in Saudi Arabia: An empirical study. Internation Journal Management, 376-395.

 




 




Sabtu, 14 Februari 2015



Enterprise Architecture Sebagai Strategi Perusahaan Dalam Mengembangakan Strategi IT Yang Optimal


Perkembangan bisnis yang cepat serta teknologi yang semakin maju, membuat perusahaan harus lebih cermat dalam melakukan investasi, dalam hal ini adalah investasi terkait dengan IT. Karena banyak perusahaan menjadi semakin tidak efisien dan cenderung boros dalam melakukan investasi, dimana sebenarnya investasi IT tersebut tidak dibutuhkan perusahaan. Setelah dilakukan analisis, cenderung lebih banyak beralasan bahwa strategi IT yang diterapkan tidak tepat, padahal dari awal seharusnya harus lebih diperketat kembali proses analisis untuk mencapai sebuah strategi IT yang optimal, sehingga tidak hanya mengeluarkan cost yang besar untuk IT melakukan investasi, namun juga menjadikan perusahaan tersebut semakin efisien dan maksimal dalam menjalankan proses bisnis. Karena sesungguhnya IT harus menjadi enabler bagi perusahaan, dan bukan menjadi cost center bagi perusahaan yang hanya menghabiskan budget perusahaan.

Dalam mengembangkan sebuah strategi IT pada sebuah perusahaan harus berlandaskan sebuah analisis yang matang, agar didapatkan strategi IT yang membuat perusahaan memiliki keunggulan kompetitif diantara para pesaing. Tantangan saat ini bagi sebuah perusahaan dalam mencapai sebuah tujuannya adalah perubahan yang harus selalu dinamis, baik dari perubahan bisnis proses agar tetap mengikuti lingkungan bisnis yang ada, serta perubahan terhadap teknologi yang semakin maju. (Iyamu, 2011)

Dengan perubahan yang cukup cepat, sebuah perusahaan harus cerdas dalam menentukan strategi untuk melakukan investasi, dalam hal ini melakukan investasi IT, dimana perusahaan harus mengukur dan melihat kondisi perusahaan saat ini, dan gap yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan kedepan. Enterprise Architecture adalah tentang mengorganisasikan proses bisnis dan infrastruktur teknologi informasi yang diintegrasikan dan distandarisasi sesuai pada visi misi dan model operasional perusahaan. Penggunaan Enterprise Architecture ini juga termasuk inovasi dalam struktur organisasi perusahaan, integrasi proses bisnis, kualitas dan ketepatan waktu dari informasi bisnis, serta memastikan bahwa investasi untuk teknologi informasi dalam perusahaan dapat dipertanggungjawabkan dan tepat. (Jeanne W. Ross, 2013)

Berikut ini adalah posisi Enterprise Architecture dalam sebuah management IT perusahaan, dimana dapat dilihat fungsi dari Enterprise Architecture adalah untuk menggambarkan current state baseline, future state vision dan transition roadmap dalam sebuah bisnis perusahaan. (Stefan Bente, 2012)


Gambar 1. Posisi Enterprise Architecure dalam Management IT

Enterprise Architecture akan mengelaborasi antara IT dan juga Bisnis, sehingga perusahaan dapat melihat kondisi IT saat ini, apakah sudah berjalan maksimal atau belum dalam mendukung proses bisnis, karena IT sebagai support bagi perusahaan maka haruslah dilihat apa yang telah dilakukan IT untuk perusahaan (What IT Do For Business). Enterprise Architecture menggambarkan kondisi IT saat ini, dari mulai aplikasi, data-data, sampai dengan infrastruktrur perusahaan tersebut. Setelah mengetahui kondisi saat ini (as-is state) EA (Enterprise Architecture) juga memberikan petunjuk untuk melakukan requirement model perusahaan tersebut kedepan (future state) dan setelah mengetahui requirement future, maka EA dapat menarik sebuah roadmap dan gap dari kondisi saat ini (as-is state) ke kondisi masa depan (future state).

Enterprise Architecture berdasarkan framework TOGAF 9.0:


Gambar 2. Architecture Data Model TOGAF

TOGAF adalah sebuah framework architecture yang memberikan panduan dan tool dari awal sampai dengan akhir dalam membangun sebuah Enterprise Architecture. Terdapat 4 domain dalam framework TOGAF dalam menyusun sebuah EA (Hans van den Bent, 2007):

a)      Business Architecture
Mendefinisikan strategi bisnis, governance, organisasi perusahaan, dan core bisnis perusahaan.

b)      Data Architecture
Menggambarkan struktur sumber daya organisasi dalam melakukan management data

c)      Application Architecture
Menggambarkan blue print bagi sistem aplikasi yang digunakan, interface antar aplikasi dan relasi antara aplikasi yang ada dengan bisnis proses.

d)     Technology Architecture
Menggambarkan software dan hardware yang diperlukan untuk mendukung proses layanan bisnis, data dan juga aplikasi. Technology Architecture termasuk didalamnya adalah infrastructure IT, middleware, network, aplikasi, standar-standar yang ada.

Enterprise Architecture mendefiniskan apa yang harus dilakukan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan. Hal ini akan berdampak pada penetapan strategi yang lebih optimal karena semua informasi telah terpetakan dengan jelas, baik dari sisi requirement bisnis kedepan, kebutuhan aplikasi kedepan, data-data yang dibutuhkan, serta infrastruktur untuk mendukung jalannya sistem. Informasi strategi perusahaan dijelaskan dalam sebuah roadmap dan gap yang harus dijalankan oleh sebuah perusahaan.

Roadmap dan Gap berisikan hasil analisa yang dilakukan pada perusahaan, baik dalam kondisi saat ini, kondisi yang ingin dicapai kedepan. Dalam menghasilkan Gap, dilakukanlah Gap Analysis dari kondisi saat ini dan kondisi yang ingin dicapai, yaitu future state, Gap Analysis dilakukan untuk mengetahui secara pasti apakah yang menjadi kesenjangan perusahaan tersebut untuk mencapai tujuannya kedepan. Maka Gap berisikan informasi terkait faktor-faktor yang harus diperbaiki, karena faktor tersebut dapat menjadi halangan bagi perusahaan untuk mencapai tujuan. Sedangkan Roadmap adalah informasi yang menggambarkan strategi perusahaan kedepan, dimana didalamnya terdapat action item atau hal-hal yang perlu dilakukan dan dibangun untuk menunjang proses bisnis perusahaan. Roadmap ini biasanya untuk penerapan 5 tahun kedepan, oleh karena itulah Roadmap berisi hal-hal yang bersifat strategis yang dapat menjadikan perusahaan memiliki keunggulan kompetitif, baik dari sisi proses bisnis, aplikasi maupun teknologi. Berikut adalah contoh dari Roadmap IT perusahaan:



Gambar 3. IT Roadmap


Referensi:

Hans van den Bent, J. K. (2007). TOGAF, The Open Group Architecture Framework. Van Haren Publishing.

Iyamu, T. (2011). Enterprise Architecture as Information Technology Strategy. IEEE, 83.

Jeanne W. Ross, P. W. (2013). Enterprise Architecture As Strategy:Creating A Foundation For Business Execution. Boston: Harvard Business School Press.

Stefan Bente, U. B. (2012). Collaborative Enterprise Architecture. Waltham: British Library.





Jumat, 17 September 2010

“Klarifikasi FPI Bekasi Raya Atas Insiden HKBP”

Dua puluh tahun, umat Islam Bekasi telah menunjukkan KETINGGIAN SIKAP TOLERANSI dan KEBESARAN JIWA terhadap Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dengan membiarkan jemaatnya melakukan kebaktian setiap Ahad di rumah tinggal seorang warga perumahan Mustika Jaya - Ciketing - Bekasi.



Dua puluh tahun, umat Islam Bekasi tidak pernah keberatan, apalagi usil dan mengganggu ibadah Jemaat HKBP di tempat tersebut.




Dua puluh tahun, umat Islam Bekasi tetap tidak protes dengan adanya Jemaat HKBP yang datang dari luar perumahan, bahkan luar Bekasi, ke tempat tersebut.




Namun, setelah dua puluh tahun, seiring dengan makin banyaknya Jemaat HKBP yang datang ke tempat tersebut dari berbagai daerah, maka Jemaat HKBP mulai tidak terkendali. Bahkan Jemaat HKBP mulai arogan, tidak ramah lingkungan, tidak menghargai warga sekitar yang mayoritas muslim, seenaknya menutup jalan perumahan untuk setiap kegiatan mereka, bertingkah bak penguasa, merusak tatanan kehidupan bertetangga, menciptakan berbagai problem sosial dan hukum. Puncaknya, HKBP ingin menjadikan rumah tinggal tersebut sebagai GEREJA LIAR.




Setelah dua puluh tahun, umat Islam Bekasi, khususnya warga perumahan Mustika Jaya - Ciketing, mulai gerah dan merasa terganggu dengan pola tingkah Jemaat HKBP yang semakin hari semakin arogan, bahkan nekat memanipulasi perizinan warga sekitar untuk GEREJA LIAR mereka.




Sekali pun kesal, kecewa dan marah, umat Islam Bekasi tetap patuh hukum dan taat undang-undang. GEREJA LIAR HKBP di Ciketing diprotes dan digugat melalui koridor hukum yang sah, sehingga akhirnya GEREJA LIAR tersebut disegel oleh Pemkot Bekasi. Tapi HKBP tetap ngotot dengan GEREJA LIAR nya, bahkan solusi yang diberikan Pemkot Bekasi untuk dipindahkan ke tempat lain secara sah dan legal pun ditolak.




HKBP menebar FITNAH bahwa umat Islam Bekasi melarang mereka beribadah dan mengganggu rumah ibadah mereka. Lalu secara demonstratif jemaat HKBP setiap Ahad keliling melakukan KONVOI RITUAL LIAR dengan berjalan kaki, dari GEREJA LIAR yang telah disegel ke lapangan terbuka dalam perumahan di depan batang hidung warga muslim Ciketing, dengan menyanyikan lagu-lagu gereja, tanpa mempedulikan perasaan dan kehormatan warga muslim disana.




Akhirnya, terjadi insiden bentrokan antara HKBP dengan warga muslim Ciketing pada Ahad 8 Agustus 2010, tiga hari sebelum Ramadhan 1431 H. Dalam insiden tersebut, dua pendeta HKBP sempat mengeluarkan PISTOL dan menembakkannya.




Selanjutnya, tatkala umat Islam Bekasi masih dalam suasana Idul Fithri, pada Ahad 3 Syawwal 1431 H / 12 September 2010 M, Pendeta dan Jemaat HKBP kembali melakukan provokasi dengan menggelar KONVOI RITUAL LIAR sebagaimana yang dulu sering mereka lakukan. Kali ini terjadi insiden bentrokan antara 200 orang HKBP dengan 9 IKHWAN WARGA BEKASI yang berpapasan saat konvoi. Peristiwa tersebut DIDRAMATISIR oleh HKBP sebagai penghadangan dan penusukan pendeta.




Media pun memelintir berita peristiwa tersebut, sehingga terjadi PENYESATAN OPINI. Akhirnya, banyak anggota masyarakat menjadi KORBAN MEDIA, termasuk Presiden sekali pun.




Peristiwa Bekasi Ahad 3 Syawwal 1431 H / 12 Sept 2010 M, BUKAN perencanaan tapi insiden, BUKAN penghadangan tapi perkelahian, BUKAN penusukan tapi tertusuk, karena 9 warga Bekasi yang dituduh sebagai pelaku adalah IKHWAN yang sedang lewat berpapasan dengan KONVOI RITUAL LIAR yang dilakukan 200 HKBP bersama beberapa pendetanya di lingkungan perkampungan warga muslim Ciketing. Lalu terjadi perkelahian, saling pukul, saling serang, saling tusuk dan saling terluka.




Pendeta dan jemaat HKBP yang dirawat di Rumah Sakit dibesuk pejabat tinggi, mendapat perhatian khusus Presiden dan Menteri, namun siapa peduli dengan warga Bekasi yang juga terluka dan dirawat di Rumah Sakit ? Bahkan salah seorang dari 9 warga Bekasi tersebut, justru ditangkap saat sedang dirawat di sebuah Rumah Sakit akibat luka sabetan senjata tajam HKBP.




Mari gunakan LOGIKA SEHAT : Jika peristiwa tersebut PERENCANAAN, mana mungkin 9 ikhwan melakukannya secara terang-terangan dengan busana muslim dan identitas terbuka ! Jika peristiwa tersebut PENGHADANGAN, mana mungkin 9 orang menghadang 200 orang, apa tidak sebaliknya ?! Jika peristiwa tersebut PENUSUKAN, mana mungkin 9 ikhwan lebam-lebam, luka, patah tangan, bahkan ada yang tertusuk juga !




Soal PENON-AKTIFAN Ketua FPI Bekasi Raya oleh DPP-FPI bukan karena salah, tapi untuk melancarkan roda organisasi FPI Bekasi Raya yang teramat BERAT tantangannya, sekaligus meringankan beban tugas sang Ketua yang sedang menghadapi UJIAN BERAT dalam menghadapi tuduhan dan proses hukum. Jadi, putusan tersebut sudah tepat, dan merupakan langkah brillian dari DPP mau pun DPW FPI Bekasi.




Langkah tersebut bukan saja cerdas, tapi menjadi bukti TRADISI FPI yang berani, tegas dan bertanggung-jawab. Ketua FPI Bekasi Raya, baru disebut-sebut namanya saja oleh pihak kepolisian, sudah dengan gagah langsung serahkan diiri ke Polda Metro Jaya secara sukarela didampingi DPP-FPI untuk diperiksa. Dan siap menjalani proses hukum bila dinilai bertanggung-jawab dalam insiden Bekasi, walau pun beliau tidak ada di lokasi kejadian. Bandingkan dengan SIKAP PENGECUT Pemred Palyboy Erwin Arnada yang melarikan diri dari VONIS DUA TAHUN PENJARA yang sudah ditetapkan Mahkamah Agung sejak 29 Juli 2009. Bandingkan dengan sikap pengecut DEWAN PERS dan LSM KOMPRADOR yang berusaha melindungi dan membantu Sang TERORIS MORAL tersebut dari putusan tetap Mahkamah Agung.




Bagi segenap pengurus, anggota, aktivis, laskar dan simpatisan FPI dari Pusat hingga ke Daerah, bahwa Ketua FPI Bekasi Raya adalah PEJUANG bukan pecundang. Beliau TIDAK ADA DI LOKASI kejadian saat peristiwa. Beliau hanya kirim SMS AJAKAN kepada umat Islam untuk membela warga Ciketing beberapa hari sebelum peristiwa, tapi dituduh sebagai provokator, sedang Para Pendeta HKBP yang mengajak, membawa dan memimpin massa Kristen serta memprovokasi warga muslim dengan KONVOI RITUAL LIAR, tak satu pun diperiksa.




Kini yang menjadi pertanyaan adalah :




1. Kenapa Para Pendeta HKBP yang jadi PROVOKATOR dan PENGACAU tidak diperiksa ?




2. Kenapa kegiatan HKBP setiap Ahad di Ciketing yang menggelar KONVOI RITUAL LIAR keliling perumahan warga muslim dengan lagu2 Gereja secara demonstratif dibiarkan ?




3. Kenapa dua pendeta yang bawa PISTOL & menembakannya ke warga pada insiden 8 Agustus 2010 tidak ditangkap ?




4. Kenapa dua jemaat HKBP, Purba & Sinaga, yang bawa PISAU saat insiden 12 September 2010 sudah ditangkap lalu dilepas kembali ?




5. Kenapa jemaat HKBP yang memukul dan menusuk 9 ikhwan warga Bekasi tidak ditangkap ?




6. Kenapa Presiden dan Para Menteri serta pejabat dan sederetan Tokoh Nasional memberikan simpatik kepada PENGACAU sambil menyalahkan warga muslim Bekasi ?




7. Kenapa banyak pihak senang mengambil kesimpulan dan keputusan hanya berdasarkan OPINI dan ISSUE media ?




8. Kenapa di Indonesia yang merupakan negeri mayoritas muslim terbesar di dunia, justru yang terjadi adalah MAYORITAS TERTINDAS OLEH TIRANI MINORITAS ?




9. Kenapa MINORITAS di Indonesia terlalu dimanjakan, sehingga mereka jadi tidak tahu diri, bahkan menjadi angkuh dan sok jago ?




10. Kenapa ketika terjadi insiden kecil terhadap SEORANG PENDETA semua teriak nyaring, tapi ketika RIBUAN umat Islam dibantai di Ambon, Sampit dan Poso teriakan macam itu tak terdengar ? Bahkan saat sebuah Masjid dibakar di Medan belum lama ini tidak ada satupun media nasional meliputnya, kemana suara yang selalu mengatasnamakan kebebasan beragama dan beribadah ?




Laa ilaaha illallaah, Muhammadur Rasuulullaah. Jawablah semua pertanyaan tersebut dengan jiwa bersih dan akal sehat serta argumentasi Syariat.




Oleh sebab itu, Keadilan harus ditegakkan ! Hukum tidak pilih kasih ! Jika 9 Ikhwan warga Bekasi sudah ditahan karena dituduh terlibat langsung dalam perkelahian tersebut, dan Ketua FPI Bekasi Raya pun sudah ditahan karena dituduh terlibat secara tidak langsung, maka mereka yang terlibat langsung mau pun tidak langsung dari kelompok HKBP harus ditahan juga !




Karenanya, segenap pengacara Bantuan Hukum Front (BHF) dari DPP-FPI dan Kongres Umat Islam Bekasi (KUIB) akan tetap dan terus berjuang melakukan pembelaan hukum terhadap Ketua FPI Bekasi Raya dan seluruh warga Bekasi yang ditahan akibat peristiwa tersebut. Tekad Bulat BHF dan KUIB adalah membuktikan bahwa mereka TIDAK BERSALAH, karena mereka hanya KORBAN AROGANSI HKBP dan OPINI SESAT MEDIA MASSA. Bahkan BHF dan KUIB akan tetap dan terus berjuang membela hak-hak warga Ciketing yang selama ini dirampas dan dirusak oleh HKBP. [fpi.or.id]